Sebagian orang tidak menyadari bahwa terdapat perbedaan antara panjang jari telunjuk dan jari manis dan perbedaan ini bisa mempengaruhi kepribadian. Pria dengan jari manis lebih panjang dari jari telunjuk bahkan berpotensi menjadi orang kaya.

Perbandingan panjang antara jari telunjuk dan jari manis berhubungan dengan kondisi hormonal saat berada dalam kandungan dan tentunya akan mempengaruhi kepribadian seseorang saat tumbuh dewasa.
Penelitian di Concordia University menemukan bahwa tingkat testosteron dapat mempengaruhi rasio panjang jari, baik pada wanita dan pria. Namun, ciri kepribadian secara langsung hanya dapat diperoleh dari jari pria.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pria dengan jari manis lebih panjang daripada jari telunjuk memiliki kadar hormon testosteron yang lebih tinggi daripada pria dengan jari telunjuk lebih panjang.
Hal ini karena kondisi hormon testosteron yang tinggi pada pre-natal (sebelum lahir) tidak hanya mempengaruhi perkembangan otak janin, tetapi juga memperlambat pertumbuhan jari telunjuk relatif terhadap empat jari lainnya kecuali jempol.
Dan kadar testosteron tinggi akan membuat pria cenderung memiliki sifat lebih berani mengambil risiko dalam membuat keputusan.
"Hasil penelitian kami menunjukkan adanya hubungan antara testosteron tinggi dan pengambilan risiko dalam 3 bidang, yaitu rekreasi, sosial dan finansial," jelas Eric Stenstrom dari Concordia University, Kanada, dilansir Telegraph.
Keberanian rekreasional antara lain ditunjukkan dengan memilih jenis olahraga yang menantang, keberanian sosial dengan pergaulan yang luas, sedangkan keberanian finansial paling tampak ketika bermain saham.
Menurut Stenstrom, penelitian sebelumnya juga telah mengaitkan antara kadar testosteron tinggi dengan perilaku berisiko dan kesuksesan finansial.
"Orang dengan testosteron tinggi akan berani ambil risiko terutama dalam bermain saham, sehingga lebih berpotensi menjadi orang kaya di kemudian hari. Selain itu, orang dengan sifat seperti ini juga banyak disukai wanita," jelas peneliti utama, Professor Gad Saad.
Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal Personality and Individual Differences.
Sidik jari merupakan identitas dari setiap orang yang cirinya berbeda-beda. Karena tidak ada orang yang memiliki sidik jari sama membuat identitas orang jadi unik. Sejak kapan sidik jari manusia terbentuk?
Ternyata sidik jari merupakan perwujudan dari bahasa rahim yang terbentuk sejak janin berusia 6 bulan. Saat usia tersebut janin sudah punya ciri khas di ujung jarinya.

Dikutip dari Livestrong, perkembangan bantalan pada jari dan telapak janin menandai ambang batas dari pengembangan sidik jari. Kondisi ini terjadi selama bulan kedua dan ketiga kehamilan, yang mana saat jari-jari sedang berkembang di dalam rahim.
The Scottish Police Services Authority (SPSA) menyatakan secara keseluruhan rata-rata pertumbuhan janin dan penempatan bantalan jari membantu menentukan bentuk lekukan di kulit yang menjadi identitas berbeda dari setiap orang.
Pada bulan ketiga dan keempat kehamilan ditemukan kulit janin mulai berubah dari transparansi tipis ke lapisan lilin. Selama masa ini, lapisan tengah kulit yang disebut dengan lapisan basal mulai menumbuhkan lapisan dermis bagian dalam dan lapisan epidermis kulit.
Peneliti dari University of Arizona, Michael Kucken dan Alan Newall percaya bahwa lekukan dan lipatan dari lapisan kulit ikut bertanggung jawab terhadap perkembangan sidik jari.
Identifikasi pertama yang terjadi pada kulit janin adalah punggungan, yaitu garis samar pada ujung jari yang menciptakan dasar dari sidik jari.
Dr Michael Roizen dari Clevelend Clinic menuturkan sentuhan janin terhadap struktur, posisi di rahim dan kepadatan cairan ketuban di dalam rahim turut menentukan bagaimana punggungan terbentuk.
Tingkat aktivitas dan kekacauan janin di dalam rahim menjadi pencegah perkembangan sidik jari yang sama pada setiap bayi.
Pada saat janin berusia 6 bulan, maka sidik jari tangan dan kaki sudah berkembang sepenuhnya. Pada setiap ujung jari janin terbentuk tiga pola utama yang dikategorikan sebagai lengkungan, lingkaran dan putaran, dengan berbagai pola diantaranya.
Menurut SPSA, pola yang ditemukan dari sidik jari ini dibagi menjadi dua karakteristik, yaitu akhir punggungan dan bifurkasi.
Hal ini karena urutan akhir punggungan dan karakter bifurkasi berbeda di setiap sidik jari. Dan karakteristik ini bisa dihubungkan sebagai peta genetik terhadap kecenderungan penyakit tertentu.
Sejumlah astronom telah menemukan jejak massa air tertua dan terbesar yang pernah terdeteksi di jagat raya ini.
Awan raksasa yang berumur 12 miliar tahun ini setara dengan 140 triliun kali lebih banyak dari seluruh massa air yang bisa dikumpulkan di Bumi.
Uap atau awan raksasa ini diketahui mengelilingi lubang hitam supermasif bernama Quasar yang letaknya 12 miliar tahun cahaya dari Bumi. Penemuan itu lalu menunjukkan, air itu telah ada hampir semenjak jagat raya terbentuk.

"Karena cahaya tersisa yang kita lihat di Quasar ini sebetulnya tercipta 12 miliar tahun yang lalu, kami melihat kandungan air itu tercipta sekitar 1,6 miliar setelah jagat raya terbentuk," ujar Alberto Bolatto, astronom dari Universitas Ma ryland yang melakukan riset itu seperti dikuti Space.com.
Penemuan ini mendorong munculnya fakta baru adanya air tertua yang terdeteksi di jagat raya. Jarak waktu dari kandungan air ini terbentuk dengan peristiwa Big Bang atau kemunculan jagat raya hanya 1,6 miliar tahun.
Awan air yang berada di sekitar lubang hitam Quasar diperkirakan memiliki temperatur 53 derajat Celcius. Tingkat kerapatannya 300 triliun kali lebih rendah dari atmosfer Bumi.
Pengukuran atas awan air dan molekul lain yang ada di sekitarnya macam karbon monoksida menjadi energi bagi lubang hitam untuk bisa berkembang lebih besar hingga 6 kali lipat dari ukuran saat ini.
Makanan berlemak tidak hanya enak di lidah dan perut, penelitian baru menunjukkan bahwa makanan berlemak juga dapat menenangkan jiwa dan membuat orang bahagia. Sayangnya, makanan ini tidak baik jika dikonsumsi terus menerus.
"Makanan berlemak tampaknya dapat membuat kita mengurangi emosi sedih, bahkan meski kita tidak menyadari sedang makan lemak. Lemak yang dimasukkan ke dalam perut dapat menyebabkan perubahan emosional dan fisik." jelas psikiater Dr. Lukas Van Oudenhove, seperti dilansir HealthDay.

Inilah sebabnya mengapa orang yang makan es krim pasca putus cinta dapat merasa lebih baik. Es krim yang mengandung lemak dapat menjadi penyembuh perasaan emosional dengan membuat orang sedih dan orang yang emosi menjadi tenang.
Apakah ada koneksi antara sinyal yang keluar dari mulut atau perut ke otak?
"Para peneliti sebelumnya telah menangani pertanyaan-pertanyaan ini dengan berfokus pada bagaimana bau, rasa dan tampilan makanan mempengaruhi emosi," kata Dr. Van Oudenhove.
Menurutnya penelitian ini adalah yang pertama. Peneliti melewati stimulasi sensorik dengan menyuntikkan asam lemak langsung ke perut, tanpa diketahui oleh subjek apakah mereka mendapatkan lemak atau salin.
Untuk melakukan penelitian ini, peneliti merekrut 12 orang yang non-obese (tidak gemuk). Relawan sehat kemudian akan menerima asam lemak atau larutan garam melalui tabung makan (feeding tube).
Dengan menggunakan functional MRI (fMRI), peneliti juga mengamati gelombang otak pada relawan seperti saat merasa sedih atau didengarkan musik netral, serta diamati pula ekspresi wajahnya saat sedih dan saat mendengarkan musik.
"Untuk membuat relawan sedih, kita menggunakan musik dan film yang dapat membuat mereka mengernyit (sedih), yang membuat suasana hati turun 2,5 poin dari 10. Tetapi asam lemak dapat membantu mengurangi penurunan poin sebesar 1 poin," jelas Dr. Van Oudenhove.
Menurut Dr. Van Oudenhove, di dalam otak sendiri peneliti menemukan kesedihan yang diinduksi dapat menyebabkan perubahan sekitar 3 sampai 4 persen.
"Cukup banyak, namun tingkat perubahan menyusut menjadi kurang dari 1 persen setelah subjek mendapat dosis asam lemak, setidaknya di sebagian besar wilayah otak yang dianalisis," tutur Dr. Van Oudenhove.
Tidak jelas apakah bahan-bahan lainnya dalam makanan akan memiliki efek yang sama. Dr. Van Oudenhove mengatakan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah temuan ini mungkin memiliki nilai dalam pengobatan obesitas, depresi atau gangguan makan. Hasil penelitian ini telah diterbitkan dalam Journal of Clinical Investigation.